Vegetasi langka yang dimaksud di sini adalah jamur; Bioluminescent mushrooms, atau jika diartikan menjadi "jamur bercahaya". Pertama kali ditemukan pada 1840 oleh George Gardner dan tidak pernah terlihat lagi setelahnya, jamur jenis ini kembali terlihat di pedalaman rimba Brazil. Jamur Neonothopanus gardneri ini dianggap sebagai jamur bercahaya paling terang di dunia yang pernah ditemukan.
Jamur bercahaya ini sempat dilupakan keberadaannya, sebelum Cassius Stevani - ahli kimia asal Brazil - memeriksa kembali laporan awal Gardner soal jamur tersebut. Akan tetapi tidak ada perkembangan apa pun yang terjadi soal jamur ini. Baru pada 2005, sepasang ahli primata bernama Patricia Izar (Universitas Sao Paulo, Brazil) dan Dorothy Fragaszy (Universitas Goergia di Athena) yang sedang meneliti sekelompok monyet di hutan Brazil menemukan sesuatu yang bercahaya di dasar pohon palem.
Izar dan Fragaszy lalu mengontak Stevani, yang kemudian mengklarifikasi bahwa tumbuhan itu adalah jamur yang sama dengan yang ditemukan oleh Gardner dulu. Ternyata, masyarakat setempat sudah sangat familiar dengan jenis jamur ini. Mereka menyebutnya flor-de-coco dari asal "flower of the coconut".
Sebenarnya, jamur bercahaya bukanlah hal baru di dunia ilmu pengetahuan. Sampai kini, sudah teridentifikasi sekitar 71 spesies jamur serupa. Hanya saja, tiap-tiap jamur memiliki ukuran dan kadar terang yang berbeda-beda. Flor-de-coco sejauh ini memiliki tingkat keterangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur bercahaya yang lain.
Kini, para peneliti sedang mencari tahu, apakah jamur-jamur bercahaya ini bisa digunakan untuk memproduksi cahaya? Belum jelas, karena bahkan hingga kini mereka belum juga tahu pasti apa yang menyebabkan jamur tersebut bisa menyala. Yang jelas, jamur-jamur ini beracun. Jadi, selama para peneliti masih berusaha mencari tahu banyak soal flor-de-coco, mereka memperingatkan untuk tidak memakan jamur ini.
Sumber: http://intisari-online.com/read/jamur-langka-yang-bercahaya
Jamur bercahaya ini sempat dilupakan keberadaannya, sebelum Cassius Stevani - ahli kimia asal Brazil - memeriksa kembali laporan awal Gardner soal jamur tersebut. Akan tetapi tidak ada perkembangan apa pun yang terjadi soal jamur ini. Baru pada 2005, sepasang ahli primata bernama Patricia Izar (Universitas Sao Paulo, Brazil) dan Dorothy Fragaszy (Universitas Goergia di Athena) yang sedang meneliti sekelompok monyet di hutan Brazil menemukan sesuatu yang bercahaya di dasar pohon palem.
Izar dan Fragaszy lalu mengontak Stevani, yang kemudian mengklarifikasi bahwa tumbuhan itu adalah jamur yang sama dengan yang ditemukan oleh Gardner dulu. Ternyata, masyarakat setempat sudah sangat familiar dengan jenis jamur ini. Mereka menyebutnya flor-de-coco dari asal "flower of the coconut".
Sebenarnya, jamur bercahaya bukanlah hal baru di dunia ilmu pengetahuan. Sampai kini, sudah teridentifikasi sekitar 71 spesies jamur serupa. Hanya saja, tiap-tiap jamur memiliki ukuran dan kadar terang yang berbeda-beda. Flor-de-coco sejauh ini memiliki tingkat keterangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur bercahaya yang lain.
Kini, para peneliti sedang mencari tahu, apakah jamur-jamur bercahaya ini bisa digunakan untuk memproduksi cahaya? Belum jelas, karena bahkan hingga kini mereka belum juga tahu pasti apa yang menyebabkan jamur tersebut bisa menyala. Yang jelas, jamur-jamur ini beracun. Jadi, selama para peneliti masih berusaha mencari tahu banyak soal flor-de-coco, mereka memperingatkan untuk tidak memakan jamur ini.
Sumber: http://intisari-online.com/read/jamur-langka-yang-bercahaya
0 komentar:
Posting Komentar