Istilah angin duduk sering dianggap sebagai masuk angin yang sangat
hebat. Padahal angin duduk bukan masuk angin, melainkan tanda gangguan
pada jantung. Angin duduk, begitu masyarakat Indonesia menyebutnya, memiliki
reputasi yang menyeramkan. Alasannya, tak jarang penderitanya berakhir
tutup usia. Angin duduk memang memiliki gejala mirip masuk angin biasa. Tak heran, gejalanya sering disepelekan.
Dr. Santoso Karo Karo MPH, Sp. JP, pakar jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menjelaskan, bahwa angin duduk ini sebetulnya salah kaprah dan harus diluruskan. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan pembuluh darah di jantung. Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung.
Angin duduk, lanjut Dr. Santoso, hanya istilah salah yang dikenal oleh masyarakat awam. Sayangnya, karena anggapan salah itu, masih banyak orang yang mendapat penanganan tak benar. Karena dianggap masuk angin, lalu penanganannya dikerok, dioles minyak hangat, dan minum jamu tolak angin. Padahal masalah sebenarnya ada di pembuluh jantung.
Jadi, sambung Dr. Santoso, angina pectoris tak akan sembuh kalau dikerok atau diberi jamu. Solusi satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi. Sebetulnya angina pectoris memiliki gejala khas, yakni rasa sakit hebat di dada. Area dada seperti ditekan dan diremas. Rasa sakit bisa menjalar ke leher dan lengan. Rasa sakit juga bisa menjalar ke ulu hati. Bisa juga disertai dengan sesak napas dan keringat dingin. Lebih spesifik, ada juga yang mengalami kembung seperti masuk angin atau maag.
Pada kasus angina pectoris, waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika terjadi serangan angina pectoris, si penderita punya waktu 30 menit hingga 2 jam untuk diberi pertolongan sebelum otot jantungnya mulai rusak dan nyawanya sulit ditolong. Jika mengalami atau menemui orang yang memiliki gejela tersebut, segera periksakan ke dokter atau rumah sakit. Jika dibiarkan, risiko kematian semakin besar.
Sumber: http://lifestyle.kompas.com/read/2016/10/18/173700523/angin.duduk.gangguan.jantung.yang.sering.diabaikan
Dr. Santoso Karo Karo MPH, Sp. JP, pakar jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menjelaskan, bahwa angin duduk ini sebetulnya salah kaprah dan harus diluruskan. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan pembuluh darah di jantung. Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung.
Angin duduk, lanjut Dr. Santoso, hanya istilah salah yang dikenal oleh masyarakat awam. Sayangnya, karena anggapan salah itu, masih banyak orang yang mendapat penanganan tak benar. Karena dianggap masuk angin, lalu penanganannya dikerok, dioles minyak hangat, dan minum jamu tolak angin. Padahal masalah sebenarnya ada di pembuluh jantung.
Jadi, sambung Dr. Santoso, angina pectoris tak akan sembuh kalau dikerok atau diberi jamu. Solusi satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi. Sebetulnya angina pectoris memiliki gejala khas, yakni rasa sakit hebat di dada. Area dada seperti ditekan dan diremas. Rasa sakit bisa menjalar ke leher dan lengan. Rasa sakit juga bisa menjalar ke ulu hati. Bisa juga disertai dengan sesak napas dan keringat dingin. Lebih spesifik, ada juga yang mengalami kembung seperti masuk angin atau maag.
Pada kasus angina pectoris, waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika terjadi serangan angina pectoris, si penderita punya waktu 30 menit hingga 2 jam untuk diberi pertolongan sebelum otot jantungnya mulai rusak dan nyawanya sulit ditolong. Jika mengalami atau menemui orang yang memiliki gejela tersebut, segera periksakan ke dokter atau rumah sakit. Jika dibiarkan, risiko kematian semakin besar.
Sumber: http://lifestyle.kompas.com/read/2016/10/18/173700523/angin.duduk.gangguan.jantung.yang.sering.diabaikan
0 komentar:
Posting Komentar